Learning of Change dari Revolusi Industri & Revolusi “The Red Devils” di Inggris

Learning of Change ; Revolusi Industri di Inggris

Sejarah mencatat, revolusi Industri adalah sebuah fase gemilang dari kemajuan perekenomian di dunia.  Tak hanya di Inggris negeri sang pencetus. Gegap gempitanya, efeknya, begitu luas dan mendunia.

Saya tahu kisah hebat tentang revolusi industry ini waktu di sekolah dulu, cerita emas revolusi industry begitu memukau – bagi saya. Bagaimana hebatnya sebuah Negara berubah dengan cepat, dan perubahan itu mampu memberi efek yg begitu dahsyat terhadap kemajuan perekonomian dunia, culture, dan tentunya kesejahtaraan masyarakat.

Karena adanya revolusi industry. Inggris menjadi nenek moyangnya kemajuan industry di dunia. Saya sangat kagum dan selalu terngiang dengan cerita hebat penemuan alat-alat untuk mendukung ekonomi  industry baru saat jaman revolusi industry – ini adalah cerita tentang orang-orang hebat; para creator dan innovator sejati. Yang memiliki pemikiran – visi economy value yang lebih dari orang lain.

Dari buku yang saya baca, revolusi industri pertama kali terjadi di  Inggris pada tahun 1760, dan efeknya langsung diikuti oleh Negara-negara lain di Eropa dan dunia. Revolusi Industri telah mengubah “cara” dan  “culture” masyarakat dalam menjalan roda perekonomian. Dimana pada saat itu, terjadi perubahan cepat di bidang ekonomi  dari kegiatan ekonomi agraris menjadi ekonomi industry, dan terjadi perubahan  peran atau cara kerja manusia yang mulai digantikan dengan mesin. Atau lebih tepat dikatakan; manusia mulai berkolaborasi dengan mesin untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi.  Pada akhirnya, kolaborasi dan sinergi manusia dan mesin ini menghasilkan nilai tambah, efektifitas, dan efisiensi yang merupakan kunci dalam menjalankan sebuah Industri.

Menurut saya, proses yang paling sulit dalam revolusi industry, selain tentunya menemukan dan menciptakan mesin-mesin berat adalah proses perubahan masyarakat untuk menerima perubahan. Learning & change process.

Kita semua sekarang merasakan manfaat dari Revolusi Industri, tapi kita tidak pernah tahu, bahkan mungkin jarang belajar & mengapresiasi bagaimana proses “change” yang terjadi pada saat itu dapat berjalan dengan mulus. Di Indonesia, untuk menerapkan teknologi baru pada bidang-bidang tertentu susahnya bukan main. Jangankan revolusi, yang sifatnya transformasi dan juga “blended” atau “kolaborasi”  juga susahnya minta ampun. Nah, saya ingin kita belajar, saya dan tentunya para pembaca belajar. Bagaimana learning and process untuk menghasilkan sebuah “hasil” untuk mencapai keadaan lebih baik yang dicontohkan oleh generasi saat itu di Inggris dapat berjalan dengan baik, dapat diterima, menghasilkan, menumbuhkan perekonomian, dan bahkan mampu menginspirasi banyak orang.

Revolusi Industri dimata saya terjadi dengan begitu mengagumkan seperti puisi perjalanan – journey of life dari sebuah negara dan masyarakat yang tak mudah namun pada akhirnya berhasil memberikan “manfaat” bagi kehidupan.  Proses belajar (learning) dan perubahan (change) terjadi dengan harmoni yang seimbang dan focus pada peningkatan produktifitas, penyesuaian culture, perkembangan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup. Saya pun sangat mengagumi tokoh-tokoh yang berperan sebagai creator dan innovator handal pada saat itu seperti James Watt dengan penemuan mesin uap nya, Ilmuwan James Maxwell, dll.

Dan Inggris bukan lah negeri dongeng, artinya, masyarakat Indonesia; Saya dan kamu bisa melakukan hal yang sama hebatnya di masa sekarang. Kita yang sejak SMP-SMA belajar sejarah revolusi Industri tentunya bisa belajar untuk berubah (change) untuk menemukan cara yang lebih baik (better) pada setiap masa kita hidup.  Terutama di era Teknologi Informasi pada saat ini.

Learning of Change; Revolusi “The Red Devils”

Hal lain yang menarik dari Inggris. Adalah keberadaan sebuah tim sepakbola yang saat ini, menurut saya merupakan sebuah Brand klub sepakbola terbesar  di dunia selain Real Madrid. Manchester United (MU) nama tim sepakbola itu. Saat ini, MU adalah penguasa English Premier League (EPL) karena telah berhasil mempertahankan gelar juara selama tiga tahun berturut-turut. 
Bahkan kalau dirunut dari tahun 1990 sejak format Liga Inggris berubah menjadi EPL, MU adalah penguasa dengan gelar juara sebanyak 11 kali. Jauh meninggalkan para pesaingnya seperti Arsenal, Chelsesa, dan Liverpool yang tidak pernah memenagkan gelar sekalipun (dalam format EPL) .

Mungkin MU terinspirasi oleh nenek moyang mereka dalam revolusi industry.  Faktanya, kejayaan MU saat ini pun diawali oleh sebuah Revolusi. Revolusi ini dipimpin oleh seorang juru taktik yang didatangkan dari Aberdeen (skotlandia), sebuah negeri britania yang gila bola seperti halnya negera-negera di britania raya; Sir Alex Ferguson Namanya. Atau biasa dipanggil Fergie.

Saat datang ke MU tahun 1988, Fergie melihat tim nya berada jauh dalam bayang-bayang Liverpool. Saat itu, MU sepertinya merupakan tim semenjana atau medioker karena prestasinya yang selalu jeblok tiap musim. Namun, semuanya berubah dalam beberapa tahun kemudian karena Sir Alex mampu memangun tim dan memberinya mentalitas juara, dan ini yang terpenting; keberhasilannya mendatangkan pemain dan pemimpin juara yaitu Eric Cantona. Yang dijuluki King Old Trafford. Cantona adalah roh permainan MU dengan skill nya yang diatas rata-rata, sekaligus kapten yang kharismatik.  Selain itu Fergie juga membangun kekuatan MU dengan memanfaatkan Academy MU sendiri. Tentunya cara ini lebih mudah dan murah, MU mendapatkan pemain yang loyal dan mumpuni tanpa ada biaya transfer yang dikeluarkan. Dan hebatnya, sejarah mencatat kepercayaan Sir Alex kepada para pemain muda itu lah yang menjadi kunci kejayaan MU dalam 20 tahun terakhir ini. Nama-nama beken seperti Beckham, Giggs, dan Neville bersaudara adalah jebolan Academy MU yang terkenal dengan sebutan Class 92. Mereka adalah pilar dan  kunci kesukesan MU hingga mampu menjadi tim raksasa dengan puncak kesuksesan yaitu meraih treble winners pada tahun 1998/1999.

Diluar lapangan, MU berhasil membangun kerajaan bisnis sehingga mereka mampu menjadi Brand dari sebuah Industry sepakbola modern sehingga mampu menjadi model dan  menginspirasi banyak tim diseluruh dunia untuk mengikuti jejaknya. Manajemen MU sangat luar biasa, saya mencatat beberapa nama seperti Peter Kenyon (yg saat ini sudah pindah ke Chelsea) dan David Gill (Direktur Eksekutif) yang mampu menyulap prestasi MU dilapangan menjadi sumber pemasukan yang luar biasa diluar lapangan melalui pengeloaan bisnis yang professional dari pendapatan sponsor, merchandise, tiket penonton, Image Right Pemain, MU TV, MU Cafe, dan unit bisnis lain yang saat ini sudah mendunia. Saat ini, EPL juga merupakan liga paling diminati, paling ketat, dan paling populer sedunia. Tak terkecuali di Indonesia. Dan MU dengan Revolusinya memberikan peranan paling penting terhadap kemajuan sepakbola dan industry sepakbola tidak hanya di Inggris, bahkan eropa dan dunia.

Suatu saat, saya ingin mengunjungi, dan langsung melihat dengan mata kepala sendiri dan belajar dari  negeri yang hebat ini; Inggris. Saya ingin belajar disana.  Melihat sendiri kehebatan Oxford. Menikmati “feel” dari keberhasilan revolusi Industri.  Saya ingin mengunjungi beberapa kota yang menjadi pusat kemajuan ekonomi dan sangat bersejarah dalam pelaksanaan revolusi Industri.  Saya bermimpi mengunjungi Manchester dan masuk kedalam Stadion Old Trafford untuk merasakan hasil nyata sebuah kerja akumulatif dari sebuah revolusi di bidang Industri sepakbola modern.  Menonton MU bermain, menemui Sir Alex sang Revolusioner, dan membeli Jersey MU langsung di Old Trafford.  

Semoga saja bisa kesampaian……:)

Learn from the best and change your life !

5 thoughts on “Learning of Change dari Revolusi Industri & Revolusi “The Red Devils” di Inggris

  1. Baguslah, kalau anda punya mimpi seperti di atas. Karena keberhasilan bisa berawal dari sebuah mimpi dan atau keterpaksaan karena keadaan yang darurat. Indonesia Merdeka adalah berawal dari rakyat yang bermimpi lepas dari penjajahan asing. Dan juga karena keadaan yang memakas rakyat berjuang melepaskan diri dari penjajahan.
    Setelah merdeka, rakyat Indonesia seolah berhenti bermimpi dan merekapun dimanja oleh pembangunan dan alam yang ramah.
    So…. tantangan kaum muda Indonesia sekarang adalah menumbuhkan kembali mimpi-mimpi baru menuju revolusi yang kedua. Revolusi perubahan untuk keluar dari belenggu diri sendiri.

    Good Luck

  2. hmm pengemar MU yeuh,,, wagh seru seru good luck MU,,,

    meskipun tanpa CR7 hengkang ke real,,, tapi MU harus tetap berjaya,, hmmm

  3. bayu.an says:

    @kang ahmad,

    yaps betul kang, seperti kata Arai dalam novel sang pemimpi, “Bermimpilah Karena Tuhan Akan Memeluk Mimpi-Mimpi itu….”

    @Ipank, iya penggemar niy…:), MU udah biasa kehilangan bintang ya…:). Tapi pasti bisa jd jawara

  4. Semangat menjalankan revolusi industri di negeri kita belum kelihatan. Industri kita masih mengedepankan industri kerajinan yang sudah ditinggalkan negara maju 250 tahun yang lalu, sehingga kita ketinggalan terus. Coba kek, bikin terobosan untuk menggantikan penerapan industri kerajinan dengan industri manufaktur pada perekonomian kita, supaya maju. Mudah mudahan bapak Hatta Rajasa terbuka hatinya untuk memelaksanakan revolusi industri di negeri kita. Tidak ada kata terlambat dan Allah sudah menyatakan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, kalau kaum itu sendiri tidak mau berubah.
    Salam,
    Eddy Boekoesoe

  5. bayu.an says:

    @Betul sekali Pak Eddy smg pr pemimpin kita tergugah, dan…yg terpenting dr diri kita sendiri..smg bs merlakuan perubahan kecil yg bs berdampak besar bg kehidupan…terimakasih atas comment-nya yg luarbiasa

Leave a comment