The Hands Of GOD

Hal yang terpenting dalam keberhasilan adalah bagaimana mengubah keinginan menjadi sebuah keyakinan. Poin penting ini, aku sangat yakin karena telah mendefinisikannya secara empiris dalam otakku dan aku rasakan bagaimana kekuatan keyakinan mampu mengantar kita untuk memperoleh “apa” yang kita inginkan. Pengalaman adalah guru berharga. Best experience is a best teacher. Adalah waktu dimasa lalu yang pernah mengenalkanku akan keajaiban-keajaiban yang-aku rasakan-dapat terjadi dan pernah ku alami. Sekali lagi, aku yakin akan adanya miracle.

Tapi, ternyata menciptakan berbagai keberhasilan (dengan skala dan definisi sendiri atau definisi “aku”) tidaklah mudah seperti memasak air. Semua menjadi sulit, jalanya liku dan terjal karena ternyata ada musuh dalam selimut yang setiap saat setia nangkring menghalangi. Musuh itu teramat aku kenal.

Musuh itu ada dalam diriku sendiri.

Entah dengan cara seperti apa aku mendefinisikan musuhku yang satu ini.

Seorang bijak pernah berkata bahwa tidaklah seseorang hancur, gagal, jatuh, atau terpuruk karena perbuatan orang lain. Tapi semua terjadi karena dirinya sendiri. Untuk hal yang satu ini, aku percaya (Tapi belum yakin…:D).

Dan kembali berbicara mengenai cita-cita, keinginan, dan impian adalah sebuah metamorfosa waktu yang akan membuat kita mampu mengatakan bahwa; Ya, aku telah mendapatkan apa yang aku ingin, dan atau ; tidak, aku yang saat ini adalah bukan diriku yang aku inginkan !

Teriakan-teriakan hati itu mungkin teramat sering kita dengar.

Saat hati bertanya seperti itu. Maka-maka ada sisi-sisi dalam jiwa kita yang menjawab. Mereka saling bersiul berlomba memberi jawaban. Dan, jawaban-jawaban itu mungkin akan terasa menghakimi. Karena waktu telah memvonis kita berada dalam satu keadaan yang “tak diharapkan”.

Dalam keadaan seperti ini. Ternyata orang pertama yang menghakimi adalah diri kita sendiri. Ternyata akulah orangnya.

Hari ini, aku menemukan satu buku bagus yang berjudul :

The Divine Code of DNA: Tuhan dalam Gen Kita”

Buku ini adalah karangan Kazuo Murakami. Bercerita tentang karakteristik-karakteristik genetik yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam buku ini dikatakan bahwa dalam penciptaan manusia dan makhluk hidup terdapat satu pola pembentukan gen yang sama. Dan gen yang terdapat dalam diri kita itu hanya menyala 15-30 %.

Poin selanjutnya yang aku suka, bahwa manusia yang berhasil itu adalah yang mampu menyalakan gen-nya dengan optimal. Salah satu cara untuk membuat gen menyala adalah dengan berpikir positif. Aku sendiri mendefinisikan sifat positif ini dalam definisiku dimana segala bentuk keinginan dalam hidup hanya akan terjadi jika aku yakin aku mampu mendapatkan hal itu. Jadi, disini yang berbicara tak hanya sekedar keinginan. Atau menulis cita-cita dalam buku harian.

Dan didalam buku ini juga ditulis, bahwa dalam diri kita ada gen yang tak bercahaya atau menjadi penghalang dalam hidup kita. Gen-gen ini mengahalangi kita untuk memperoleh segala impian yang kita inginkan.

Aku yakin, gen-gen yang tak bercahaya ini adalah musuh besarku. Gen-gen ini adalah yang membuat aku ragu melangkah, membuat aku menjadi seorang pemalas. Sayangnya, gen-gen ini ada dalam diriku sendiri, dia adalah bagian dari diriku.

Mengubah keinginan menjadi keyakinan. Mengubah impian menjadi keyakinan. Mengubah cita-cita menjadi keyakinan.

Menurutku, poin-poin inilah yang akan membuat aku menjadi “aku” yang kuinginkan. Saat kita yakin akan sesuatu, maka kita sedang menyalakan gen kita dalam kondisi yang sangat prima. Gen-gen yang menyala itu Tuhan lah yang menyalakan. Secara langsung dia akan memberi jalan, dia akan memberi kemudahan untuk kita melakukan dan meraih segala impian.

Rasanya berbeda jika kita mengatakan:

—————-

Aku ingin menunaikan naik haji

dengan,

Aku yakin dapat menunaikan ibadah haji

—————-

Aku ingin menjadi sarjana

dengan,

Aku yakin akan menjadi seorang sarjana.

—————-

Jadi, untuk saat ini aku sedang berusaha untuk : Mengubah keinginan menjadi keyakinan. Mengubah impian menjadi keyakinan. Mengubah cita-cita menjadi keyakinan.

Dan aku sangat berharap bahwa waktu tidak akan memvonisku berada dalam keadaan yang menyakitkan.

Untuk hal ini, aku jadi teringat kalimat terakhir dalam bait puisi yang ditulis oleh mendiang Kakakku:

Yakinlah dan bekerjalah. Dan tangan-tangan Tuhan akan bekerja untukmu.

Aku yakin kalimat ini benar.

Anda ?

-Ba’da Magrib-

Saat gen-gen dalam diri mulai menyala-lagi-