Menulis Untuk Keabadian

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
(Pramoedya Ananta Noer)

—————

Ternyata sejarah manusia bisa menjadi abadi. aku, kau, dan siapapun bisa mengenal Muhammad, bisa mengenal para sahabat, bisa mengenal Al-Ghazali, para imam salafus salih. Semua orang besar yang pernah bernafas dibumi, dari ibnu sina sampai albert einstein…dari napoleon sampai soekarno, dari adolf hitler sampai soeharto, dari chairil anwar sampai rendra,,,mereka hanyalah seperkecil dari manusia-manusia yang terabadikan dalam dimensi waktu yang tlah dicipta tuhan untuk manusia. Selama waktu itu masih ada, mereka tentunya akan terus tersebut namanya.
Kalau saja Al-Qur’an yang diwahyukan Allah lewat jibril pada Muhammad tidak dituliskan lagi dan disusun dalam musha-mushaf sampai menjadi bagian yang terpadu seperti saat ini, adakah kita mampu menyelami Al-Islam.
Kalau saja sejarah dunia tak tertuliskan adakah kita akan tahu bagaimana hebatnya para khulafar rasyidin menguasai dunia, bagaimana kuatnya kekaisaran romawi, bagaimana agungnya kekhalifahan Islam, betapa dahsyatnya pertempuran dalam perang salib…
Semua kejadian yang pernah terjadi, semua manusia yang pernah hidup, teladan-teladan indah, ilmu yang bertebaran, bisa tetap hidup dan eksist tanpa terbatasi oleh waktu.
Dan menulis adalah suatu cara mengabadikan, termasuk diri, yang ingin hidup tanpa batas.
To be continued
———————–