TDA, Characterpreneur, dan Lagu Tangan di Atas

TDA, CHARACTERPRENEUR dan Lagu Tangan Diatas

Saya akan membagi artikel ini kedalam 5 kisah; Pertemuan, Milad, Mastermind, Take Double Action, Passion & Lagu Tangan di Atas.

Pertemuan

Inilah kisah tentang kumpulan cahaya
Yang membuat hidupku indah, cerah, terasa penuh warna
Membawa pesan mulia bagi semesta
Menuju jalan keberkahan hidup di dunia ini

Kisah saya dengan TDA dimulai pada tahun 2008. Dimulai dari menjadi pengamat di milis, hingga akhirnya bergabung dalam kegiatan TDA Bandung.
Tanggal 20 Februari 2009 untuk kali pertama saya menghubungi ketua TDA Bandung – Mas Fauzi Rachmanto melalui email menanyakan tentang acara Milad TDA 2009. Esoknya tgl 21 Februari saya diminta hadir di Republik Kuliner karena teman-teman TDA Bandung akan berkumpul membicarakan rencana keberangkatan Milad dan bersilaturahim dengan Pak Isdiyanto – Pemred Majalah Wirausaha.
Besoknya ditemani oleh istri saya hadir di Republik Kuliner – Bada Dzuhur. Tegang – saya yang seorang karyawan biasa akan bertemu dengan kumpulan pengusaha sukses di kota Bandung. Hati saya deg-degan karena tidak terbiasa untuk berkumpul dengan komunitas semacam ini.

Dan ketegangan saya berakhir hanya dalam 1 menit.

Ternyata pengusaha yang selalu saya anggap memiliki prestise tinggi – semacam Big Boss yang pelit senyum dan suka memerintah dalam film-film, itu ternyata orang-orang yang baik – ramah dan murah senyum. Saya takjub. Saat itu usia saya baru 23 tahun dan bukan siapa-siapa. Tetapi mereka yang ada disana menerima saya dengan baik. Saya tidak merasa diasingkan. Suasana cair – “ternyata ada orang-orang seperti ini ! Orang-orang yang sudah mencapai level kesuksesan namun tetap rendah hati.” Batin saya mencerocos. Yang hadir saat itu dan masih ingat dalam ingatan saya adalah Mas Arif Budiyono (Cinox &Mufida/Ketua TDA Bandung sekarang), Ibu Leni (Lentik Fashion), dan Mas Ruliyanto Pribadi (Yang 1,5 tahun kemudian menjadi partner bisnis istri saya mendirikan Catering Sehat; resepbunda.biz) dan kawan-kawan lain yang wajahnya masih saya ingat.

Dalam pertemuan pertama dengan teman-teman TDA ini untuk kali pertama saya belajar menjadi pengusaha yang berkarakter (Characterpreneur) itu adalah pengusaha yang sukses namun tetap rendah hati, senang berbagi, dan bersahabat.
Seumur hidup saya tidak akan pernah melupakan pertemuan pertama dengan teman-teman TDA Bandung di Republik Kuliner ini.
Karena dari sana ada banyak petualangan hidup tak terduga saya alami.
Dan pertanyaan yang selalu terngiang dalam kepala saya saat itu adalah “Mas Bisnisnya Apa?” hehe…dan waktu itu saya asal jawab seenaknya saja.

Milad
Tangan diatas pasti lebih baik
Dari tangan yang dibawah
Berdoa, berbuat, menebar rahmat
Untuk Indonesia

Pada Suatu Subuh, Februari 2009
Saat itu hujan cukup deras. Setelah shalat subuh, saya yang baru 4 bulan menikah dan masih tinggal dikontrakan kecil di taman sari Bandung berangkat menuju Jakarta; naik kereta api menuju gedung BPPT Jakarta.

Saya datang sedikit terlambat – Pak Nukman Luthfie saat itu sedang menyampaikan materi tentang Bisnis Online dengan pembawaan sangat menarik, segar dan energik. Dan materi-materi selanjutnya selama 2 hari dalam Milad TDA 2009 adalah “setrum” bagi otak saya dan juga istri saya. Om Bob Sadino dengan “GOBLOK – nya” , Pak Haji Alay dengan “Spiritual Business – nya” , Pak Jamil Azzaini dengan “Tabungan EPOS – nya”, Yoris Sebastian dengan ilmu “Branding – nya”, Peni Cameron dengan” Creativitas – nya” sampai Tung Desem Waringin (TDW) dengan konsep “Business Leverage & Nilai Tambah – nya” membuat “otak saya rusak total”. Ditambah MC Bang Jay yang meledak-ledak dan provokatif. Jujur waktu Milad TDA 2009 itulah untuk kali pertama saya mengenal apa itu motivator dan trainer; dan saya langsung bertemu dengan dedengkotnya trainer, motivator dan pebisnis legend Indonesia. Pantas otak saya langsung rusak – dalam artian mental saya yang lama rusak berganti mentalitas baru. Istri saya yang keluarganya fanatik PNS pun berubah total mind set nya setelah ikut Milad TDA 2009. Dan sampai sekarang dia selalu mendukung penuh apa yang saya lakukan.

Jika saya ditanya salah satu peristiwa paling bersejarah dan berpengaruh dalam hidup saya; maka saya akan menjawab Milad TDA tahun 2009 di Gedung BPPT adalah peristiwa itu. Karena di Milad TDA 2009 saya mendapatkan bekal ilmu, mental untuk membangun mindset entrepreneurship dalam arti sebenarnya – saya belajar bagaimana menjadi pengusaha yang berkarakter (Characterpreneur) yaitu pengusaha dengan mentalitas memberi – mentalitas keberlimpahan. Bukan berbicara semata soal materi dan uang. Lebih dari itu, kita sedang membicarakan sebuah misi hidup…menjadi TDA adalah sebuah misi. TDA adalah value ; Menebar rahmat – persis seperti ajaran agama Islam; Menjadi Rahmatan lil alamin…

Master Mind

Tangan diatas
Memberi yang terbaik Hidup penuh mimpi-mimpi
Meretas jalan kebaikan-Mu
Penuh cinta
Memberi kelimpahan manfaat bagi semesta
Jalan kehidupan sukses mulia

Beberapa minggu setelah Milad saya membaca email penawaran pembentukan sebuah Master Mind (MM) baru. Saya sendiri sudah tahu apa itu Master Mind (MM) dari penjelasan Mas Fauzi Rachmanto dalam acara sebelum keberangkatan ke Milad TDA 2009. Waktu itu kesimpulan saya “Kalau ingin serius berkomunitas di komunitas TDA maka harus punya Master Mind (MM).” Yang mengirim email ajakan pembentukan MM untuk pertama kali sebagai inisiator adalah Kang Achmad Faisal. Kang Ahmad waktu itu mengajak teman-teman yang masih karyawan (Amphibi) untuk membentuk sebuah Master Mind (MM) baru, dan bagi yang serius harus datang dalam sebuah pertemuan di Republik Kuliner (RK) – sebuah resto milik member TDA Bandung juga, Kang Agah.

Akhirnya berkumpulah saat itu ; saya, Mas Danang, Kang Achmad Faisal, Kang Ade wahyudi, Mas Arum dan Pak Tris. (Aa Gyn – Gigin Saepudin saat itu belum ada, dan bergabung dalam pertemuan – pertemuan selanjutnya)
Pertemuan pertama itu adalah awal impian kami terajut, kami semua semangat menyampaikan ide-ide bisnis, kami saling menyemangati, dan lebih penting kami memberi nama Master Mind kami adalah MM Merdeka yang artinya sekumpulan karyawan yang bermimpi menjadi entrepreneur sejati.

Pertemuan selanjutnya adalah cerita-cerita seru dan menyenangkan, kami sangat bangga dengan Group Master Mind (MM) kami. MM Merdeka adalah yang paling aktif di TDA Bandung dan sampai sekarang pun aktifisnya menjadi motor penggerak TDA Bandung; Saat itu tiap 2 minggu sekali kami berkumpul. Mimpi demi mimpi terajut, keinginan menjadi TDA semakin membesar. Satu persatu anggota MM Merdeka resign dan fokus menjadi entrepreneur dimulai dari Mas Danang, Kang Achmad dan Kang Ade.

Dan sekarang, anggota MM Merdeka sedang terbang tinggi. Mas Danang sudah menemukan passionnya dibidang desain, Kang Achmad menjadi EOPreneur dan Trainer, Kang Ade dengan Naylakidz nya yang semakin berkembang, Aa Gyn dengan bisnis tekstilnya, Mas Arum sekarang sudah menjadi Direktur Keuangan salah satu perusahaan busana muslim terbesar di Indonesia dan memilih untuk menjadi investor sebagai jalan bisnisnya.
Dari Master Mind (MM) Merdeka saya belajar banyak hal untuk menjadi seorang pengusaha yang berkarakter (Characterpreneur) harus memiliki impian yang jelas, besar dan hidup dalam keadaan penuh keberlimpahan, saling membantu – bermanfaat untuk sesama.

Take Double Action
Jalan perjuangan kita memang tak mudah
Rintangan halangan selalu saja ada dihadapan
Tapi bersama kita kan terus melangkah
Tetap berbuat penuh keyakinan untuk masa depan

Saya sudah berbisnis sejak kecil, keluarga saya adalah keluarga pedagang di Pasar Induk Cipanas – Cianjur. Ayah dan kakek saya adalah pedagang. Waktu kecil saya pernah berjualan layang-layang, menyewakan games, sampai jualan petasan. SMA saya jualan buku dan kaset musik. Dan waktu kuliah saya membiayai diri saya sendiri dengan menjadi pedagang; saya pernah menjadi lapakers menjual accesories di Masjid Pusdai, Masjid Agung, jualan sepatu cibaduyut di kampus, mengamen dan juga menyanyi di acara nikahan. Saya juga pernah berjualan Aqua dipinggir jalan meski hanya beberapa hari karena lebih banyak orang yang meminta nomor HP daripada membeli Aqua yang saya jual.

Saat bergabung di TDA dan aktif dalam Master Mind (MM) Merdeka. Saya bingung mau bisnis apa, akhirnya, saya memilih membuka warnet dengan meminjam modal dari orang tua. Saat itu saya meminjam sekitar 20 juta. Dan hasilnya, warnetnya hanya bertahan setahun karena tahun berikutnya saya memutuskan untuk menutup warnet saya tersebut karena semakin menjamurnya warnet di segala penjuru. Saya rugi, namun saya senang karena berani memulai bisnis beneran.

Sampai saat ini, saya dan istri berlum pernah sekalipun membahas untuk menyesali masalah kerugian saat berbisnis warnet. Dan sampai detik ini saya tidak pernah menyesal pernah membuka warnet meski tidak untung. Karena kami tahu, untuk berhasil itu harus mengalami hal-hal seperti ini. Tanpa melakukan action kita tidak akan tahu apa-apa. Saya belajar banyak saat membuka usaha, membuka usaha adalah sekolahan terbaik. Dan saya bisa bersikap seperti ini karena saya mendapat teladan/contoh terbaik dari senior/mentor saya di TDA. Seorang pengusaha yang berkarakter (Characterpreneur) itu adalah yang Action Oriented dan mampu mengambil sikap positif dari setiap hasil yang diperoleh. Jika berhasil dia akan memberi banyak pada orang lain, dan jika gagal – jatuh mampu bangkit, berdiri, bahkan berlari meski dia harus terjatuh berkali-kali. Semangatnya tidak pernah padam, apalagi jika bersama-sama dalam komunitas, selalu ada teman yang siap membantu untuk menyemangati.

Passion & Lagu Tangan di Atas
Bulan Ramadhan – Agustus 2011, saya banyak merenung. Seperti ada perasaan yang hilang dalam diri saya. Saat itu, ada satu buku yang selalu saya bawa kemana-mana, buku itu berjudul Quantum Ikhlas karangan Mas Nunu (Erbe Sentanu). Di buku tersebut saya menemukan kunci yang selama ini saya cari; Saya harus mengikuti katahati saya. Saya harus tahu apa yang benar-benar hati kecil saya inginkan. Pikiran saya menerawang ke masa lalu, saat SMA saya suka menyanyi dan menciptakan lagu. Dimana ada panggung seni, pasti ada saya disitu untuk tampil bersama Band atau grup nasyid accapela yang saya dirikan. Saat SMA juga, total ada 3 lagu ciptaan saya yang pernah dilombakan dan ketiganya Menang. Tidak mungkin rasanya jika itu hanya kebetulan.

Ya, saya tahu apa yang menjadi ganjalan dihati saya selama ini. Saya menjauhi passion saya sendiri. Saya membantah katahati sendiri. Terakhir saya menyanyi didepan umum adalah tahun 2006 di acara kampus. Jadi, hampir 5 tahun lebih saya meninggalkan dunia yang dulu selalu menemani langkah saya.
September 2011 saya memutuskan untuk kembali bernyanyi, melalui buku Quantum Ikhlas saya tahu bagaimana berpikir, bertindak, dengan hati. Dan disitulah keajaiban terjadi, saya bertemu dengan orang-orang yang tepat yang bisa mewujudkan bakat saya tersalurkan. Akhirnya saya merekam lagu-lagu saya di SaMA Studio, dibantu oleh Arranger yang sudah berpengalaman Kang Dicky Ahmad di Studio miliknya. Lagu demi lagu saya rekam hingga akhirnya saya merekam lagu ke – 6 berjudul Tangan di Atas. Lagu-lagu yang saya rekam meski belum dipublish/release mendapatkan respons yang sangat baik ketika ada orang yang mendengarkan. Saya sendiri kadang terkaget dengan respons yang beragam; ada yang melotot takjub tak percaya – sampai menuduh ini bukan saya yang menyanyikan, ada juga yang menangis, merinding, semangat, dan perasaan-perasaan lain yang mereka ungkapkan.
Dari respons tersebut saya yakin kalau musik adalah jalan hidup saya. Lebih tepatnya dua hal; musik dan pendidikan. Saya mencintai kedua bidang itu, sebab itu saya tetap bertahan menjadi konsultan, trainer dibidang e-Learning saat ini karena saya menyukai bidang ini juga dan bahkan dikemudian hari ingin menggabungkan keduanya; yaitu bagaimana musik bisa mensupport pembelajaran.

Dari sini saya belajar, seorang pengusaha yang berkarakter (Characterpreneur) selalu mengikuti Kata Hati nya dan Mencintai apa yang dilakukan berdasarkan passion – nya. Dan satu lagi, hidupnya dipenuhi keajaiban.

Lagu Tangan di Atas Bercerita tentang Characterpreneur di Indonesia
Tangan Diatas
Take Double Action
Menebar Rahmat untuk Indonesia

Saat merekam lagu Tangan di Atas saat itu sebenarnya saya sedang sakit. Tapi saya paksakan tetap take vocal karena saya malu jika harus membatalkan jadwal rekaman yang saat itu waktunya malam hari. Saya malu karena kalau saya tidak rekaman berarti kalah dan mudah menyerah dengan halangan dan rintangan (sangat tidak sesuai dengan isi lagu). Saya harus tetap rekaman dan membuktikan saya bisa mengalahkan rasa sakit saya, lagu ini bercerita tentang TDA dan saya harus mempertanggung jawabkan spirit pantang menyerah rekan-rekan TDA dalam lagu ini. Akhirnya take vocal tetap dilakukan….

Dan saat lagu saya ternyata diterima oleh teman-teman komunitas TDA. Direview oleh founder TDA Pak Roni Yuzirman – diapresiasi luar biasa oleh Mas Fauzi Rachmanto dan sahabat TDA Bandung dan Oleh sahabat dari wilayah lain. Saya menangis bahagia.

Lagu ini menceritakan kalian semua. Characterpreneur kebanggaan Indonesia.
Cukup mendengarkan lagu ini. Indonesia akan tahu bahwa TDA adalah kumpulan Characterpreneur!

3 thoughts on “TDA, Characterpreneur, dan Lagu Tangan di Atas

  1. Superrr akhi!!!
    Semoga Allah memberkahi apa yang dijalani. .

    ya, , bertindak sesuai passion itu penting!
    doakan saya mah masih galau dgn perjalanan pencarian passion.. he

    Ahh,, makin smngt!! menular smngtnya

  2. Fauzi Rachmanto says:

    Wah terharu saya membaca nya. InsyaAllah sekarang Kang Abay sudah pada jalur nya. Sudah bermain dengan ‘tangan kanan’ nya.. Semoga makin sukses dan membawa berkah, aamiin.

Leave a comment